Tuesday, June 17, 2014

Interpersonal Conflict and Conflict Management

Konflik merupakan suatu hal yang sangat tidak bisa dihindari dari kehidupan sehari-hari manusia terutama dalam sebuah hubungan pasti pernah terjadi konflik. Setiap orang memiliki caranya masing-masing untuk menyelesaikan konflik yang dihadapinya tetapi tidak semua cara adalah benar. Untuk membangun sebuah hubungan yang baik, kita juga harus bisa menangani konflik tersebut dengan baik agar tidak berkepanjangan. Oleh karena itu, saya memilih topik ini karena setiap orang pasti ingin memiliki relasi dan hubungan yang baik dan mengatasi konflik sehingga tidak berlarut-larut dan hubungan tersebut dapat dijalankan, sehingga topik ini menurut saya penting untuk dipelajari maupun diketahui oleh masyarakat luas.

Pengertian
Kita harus mengerti arti dari konflik itu sendiri. Konflik berasal dari kata kerja Latin, configere yang berarti saling memukul. Secara sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau lebih (bisa juga kelompok) dimana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya.
Sedangkan pengertian dari konflik interpersonal adalah ketidaksetujuan di antara individu yang melihat bahwa tujuan mereka bertentangan.

Penyebab konflik
Berbagai hal yang dapat menyebabkan konflik, yaitu:
a.   Perbedaan individu
Setiap manusia tidak ada yang sama, semuanya berbeda mulai dari perbedaan fisik, perbedaan persepsi, perbedaan perasaan, maupun perbedaan pola pikir.
b.   Perbedaan latar belakang kebudayaan sehingga membentuk pribadi-pribadi yang berbeda.
Budaya yang berbeda juga akan membuat manusia memiliki perspektif, pola pikir, serta kebiasaan yang berbeda dengan mereka dari budaya yang berbeda.
c.   Perbedaan kepentingan antara individu atau kelompok
Manusia memiliki kepentingan atau tujuan yang berbeda-beda walaupun mereka berada di dalam satu kelompok.
d.   Perubahan nilai yang cepat dan mendadak dalam masyarakat
Perubahan yang terlalu cepat dapat memicu konflik walaupun perubahan merupakan hal yang wajar.

Mitos tentang Konflik Interpersonal
Mitos-mitos berikut ini hal yang tidak benar, kebanyakan orang masih berpikir seperti mitos berikut sehingga salah dalam mengambil langkah untuk menangani konflik dan konflik yang ada semakin rumit dan tidak selesai.
-  Konflik seharusnya dihindarkan karena seiring berjalannya waktu itu akan terselesaikan dengan sendirinya.
-      Konflik menandakan bahwa sebuah hubungan bermasalah.
-      Konflik menghancurkan hubungan interpersonal.
-      Konflik adalah hal yang merusak karena itu menunjukkan sisi buruk seseorang.
-      Dalam sebuah konflik, harus ada yang menang dan harus ada yang kalah.

Isu Konflik Interpersonal
*   Isu intim, seperti kasih sayang dan seks.
*  Isu tentang kekuatan, seperti posesif, ketidaksamaan dalam sebuah hubungan, teman, dan waktu luang.
*   Isu kekurangan personal, seperti cara mengemudi, dan kebiasaan merokok atau mabuk-mabukan.
*    Isu “personal distance”, seperti komitmen pekerjaan, dan sering absen.
*    Isu sosial, seperti politik dan sosial politik, orangtua, dan nilai pribadi.
*    Isu ketidakpercayaan, seperti masa lalu dan berbohong.

Prinsip Konflik Interpersonal
Dengan memahami prinsip konflik ini, dapat membantu kita memahami betapa penting dan apa pengaruh dari konflik itu sendiri.
1.   Konflik tidak terelakkan
Konflik dapat terjadi kepada siapapun karena setiap manusia adalah individu yang berbeda satu sama lain dan itu merupakan hal yang wajar.
2.   Konflik memiliki efek positif dan negatif
Cara kita menghadapi dan mengatasi konflik akan menentukan apakah konflik tersebut akan memberikan kita efek yang negatif atau positif. 
a.    Efek negatif
          Konflik sering menimbulkan perasaan negatif
          Dapat menyakiti orang lain
          Menghabiskan tenaga dan waktu
          Dapat menjauhkan kita dari orang lain
          Dapat membuat orang menyembunyikan perasaannya yang sebenarnya
          Dapat menyebabkan trauma
         b.     Efek positif
          Konflik memaksa orang yang terlibat untuk memeriksa masalahnya
     Dengan strategi yang tepat, hubungan dapat bertambah erat, sehat, dan lebih memuaskan dari sebelumnya
          Dapat mencegah peperangan yang lebih besar
          Keinginan kedua pihak yang sedang didera konflik dapat terpenuhi
3.   Konflik dapat fokus ke isu tentang isi dan/atau hubungan
          a.   Content conflict
          Berpusat pada objek, events, dan orang
          Lebih ke hal-hal sepele yang sehari-hari dapat ditemui
          b.   Relationship conflict
          Fokus terhadap individu dalam sebuah hubungan
          Sering tersembunyi sebagai content conflict
         Isunya berupa siapa yang memegang kendali, ketidaksamaan dalam sebuah hubungan, atau siapa yang lebih berkuasa untuk menentukan sesuatu.
4.   Style konflik memiliki konsekuensi
Style konflik adalah cara seseorang terlibat dalam sebuah konflik
Style konflik terdiri dari:
          -      Competing : I win, you lose
          Fokus pada dirinya sendiri, cenderung agresif dalam menyalahkan orang lain
          Selama keinginannya terpenuhi, konflik dianggap sudah teratasi dengan baik
          -      Avoiding: I lose, you lose
          Tidak terlalu peduli pada diri sendiri maupun orang lain
          Selalu mengelak atau menghindar ketika disinggung tentang konflik
          Tidak terlalu memberi efek pada penyelesaian masalah
          -      Accomodating: I lose, you win
          Mengorbankan diri sendiri demi kepentingan orang lain
          Tujuannya untuk menjaga keharmonisan dan perdamaian dalam hubungan tersebut
          -      Collaborating: I Win, you win 
        Fokus pada pemenuhan kebutuhan kedua belah pihak, kedua belah pihak harus tercapai keinginannya
         Membutuhkan waktu yang cukup lama karena butuh penyesuaian dan pembicaraan lebih lanjut
          -      Compromising: I win & lose, You win & lose
       Berada di tengah-tengah, perhatian terhadap kebutuhan diri sendiri tetapi juga kepada orang lain. Mencari jalan tengahnya.
5.   Konflik dipengaruhi oleh budaya
    -   Tiap budaya memiliki perbedaan pemahaman tentang apa yang boleh dan tidak boleh sehingga suatu topic bisa membuat konflik karena perbedaan pemahaman antar budaya.
    -    High-context cultures, konflik lebih berpusat pada pelanggaran pada norma atau nilai kelompok
        Low-context cultures, konflik lebih sering terjadi ketika norma individual dilanggar
    -    Budaya mempengaruhi cara berpikir, perspektif, dan cara hidup kita, sehingga tentu saja akan mempengaruhi strategi mengatasi konflik apa yang akan dipilih

Stage Manajemen Konflik
a.       Define the Conflict
            *      Define both Content and Relationship Issues
            *      Define the Problem in Specific Terms
            *      Focus on the Present: jangan membawa masa lalu
            *      Empathize: mencoba mengerti masalah dari sudut pandang orang lain
            *      Avoid Mindreading: bertanya agar semuanya lebih jelas
b.       Examine Possible Solutions
            *      Brainstorming sendiri atau bersama partner: cobalah untuk terbuka
            *      Carilah win-win solution
            *      Menghitung cost dan reward dari solusi yang mungkin diambil
c.       Test Solutions
     *    Tes solusi secara mental: apa rasanya sekarang, apa rasanya nanti, dan apakah merasa nyaman
         *      Tes solusi dalam praktek: kalau tidak berjalan baik, coba solusi lain
d.      Evaluate Solutions
 Solusi dianalisis dari berbagai sudut pandang, yaitu segi fakta, respon emosional  terhadap masalah, segi argument negatif, keuntungan positif, cara baru melihat  masalah, dan analisis pada pemikiran diri sendiri.
e.      Accept or Reject Solutions
           *      Dipraktekkan
           *      Jika tidak berhasil, cari solusi lain atau mencari apa masalahnya
           *      Belajar dari proses
           *      Menjaga konflik tersebut dalam perspektif
           *      Jauhkan perasaan negatif

Strategi Manajemen Konflik
Strategi menangani konflik dipengaruhi oleh:
-    Goals: untuk jangka pendek, orang akan melakukan apa yang dapat dilakukan saat itu tetapi untuk jangka panjang, orang akan memikirkannya dengan matang-matang
-    Kondisi psikologis: perasaan akan mempengaruhi strategi yang dipilih
-   Cognitive assessment: perilaku dan kepercayaan tentang apa yang adil dan seimbang akan mempengaruhi penilaian tentang “fairness” dalam posisi orang lain
-    Kepribadian dan kompetensi berkomunikasi
-  Sejarah keluarga: cara kita menangani konflik selama kita bertumbuh menjadi dewasa juga akan mempengaruhi pemilihan strategi
Strateginya terdiri dari:
a.   Win-Lose, Win-Win Strategies
Terdapat 4 tipe dasar:
A menang, B kalah
A kalah, B menang
A kalah, B kalah
A menang, B menang (win-win solution adalah yang paling ideal)
b.   Avoidance and Active Fighting Strategies
     o    Avoidance: menghindar sementara dari konflik-konflik tertentu
    o    Nonnegotiation: menolak untuk memperhatikan untuk menyelesaikan konflik atau tidak mendengarkan argumen orang yang yang sedang konflik dengan kita
     o    Silencers: mendiamkan orang yang yang sedang konflik dengan kita
     o   Tetapi sebisa mungkin hindari ketiga strategi di atas karena kurang membuahkan hasil
     o    Lebih baik untuk mengambil peran aktif baik sebagai pembicara atau pendengar di  dalam konflik tersebut, suarakan apa yang kita rasakan dan mendengarkan apa yang partner kita rasakan
c.   Force and Talk Strategies
     o    Bicarakan apa yang menjadi isu daripada memaksa orang untuk menerima posisi kita
     o    Act the Role of Listener: pastikan kita mengerti apa yang partner kita bicarakan dan rasakan
     o    Ekspresikan dukungan dan simpati
     o    Ungkapkan pikiran atau pendapat dan perasaan
d.   Face-attacking and Face-Enhancing Strategies
     o    Strategi Face-attacking adalah menyerang image positif maupun negatif seseorang
Misalnya, beltlining dan blame.
   o  Strategi Face-enchaning adalah dukungan dan konfirmasi terhadap image positif atau negatif seseorang
e.   Verbal Aggressiveness and Argumentativeness Strategies
 o    Verbal aggressiveness adalah strategi untuk memenangkan sebuah argumen yang menitikberatkan pada luka secara psikologi dengan cara menyerang konsep diri atau karakter orang lainnya.
  o    Argumentativeness adalah kemauan kita untuk beragumen tentang sebuah hal, kecenderungan untuk mengungkapkan pendapat tentang isu tertentu.

-end-

P.S This is my final task for my final exams :)

No comments:

Post a Comment