Konflik merupakan suatu
hal yang sangat tidak bisa dihindari dari kehidupan sehari-hari manusia
terutama dalam sebuah hubungan pasti pernah terjadi konflik. Setiap orang
memiliki caranya masing-masing untuk menyelesaikan konflik yang dihadapinya
tetapi tidak semua cara adalah benar. Untuk membangun sebuah hubungan yang
baik, kita juga harus bisa menangani konflik tersebut dengan baik agar tidak
berkepanjangan. Oleh karena itu, saya memilih topik ini karena setiap orang
pasti ingin memiliki relasi dan hubungan yang baik dan mengatasi konflik
sehingga tidak berlarut-larut dan hubungan tersebut dapat dijalankan, sehingga
topik ini menurut saya penting untuk dipelajari maupun diketahui oleh
masyarakat luas.
Pengertian
Kita
harus mengerti arti dari konflik itu sendiri. Konflik berasal dari kata kerja
Latin, configere yang berarti saling memukul. Secara sosiologis, konflik
diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau lebih (bisa juga
kelompok) dimana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan
menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya.
Sedangkan
pengertian dari konflik interpersonal adalah ketidaksetujuan di antara individu
yang melihat bahwa tujuan mereka bertentangan.
Penyebab konflik
Berbagai
hal yang dapat menyebabkan konflik, yaitu:
a. Perbedaan
individu
Setiap
manusia tidak ada yang sama, semuanya berbeda mulai dari perbedaan fisik,
perbedaan persepsi, perbedaan perasaan, maupun perbedaan pola pikir.
b. Perbedaan latar belakang kebudayaan sehingga
membentuk pribadi-pribadi yang berbeda.
Budaya yang berbeda juga akan membuat manusia memiliki
perspektif, pola pikir, serta kebiasaan yang berbeda dengan mereka dari budaya
yang berbeda.
c. Perbedaan
kepentingan antara individu atau kelompok
Manusia
memiliki kepentingan atau tujuan yang berbeda-beda walaupun mereka berada di
dalam satu kelompok.
d. Perubahan
nilai yang cepat dan mendadak dalam masyarakat
Perubahan yang
terlalu cepat dapat memicu konflik walaupun perubahan merupakan hal yang wajar.
Mitos tentang Konflik
Interpersonal
Mitos-mitos
berikut ini hal yang tidak benar, kebanyakan orang masih berpikir seperti mitos
berikut sehingga salah dalam mengambil langkah untuk menangani konflik dan
konflik yang ada semakin rumit dan tidak selesai.
- Konflik seharusnya dihindarkan karena seiring
berjalannya waktu itu akan terselesaikan dengan sendirinya.
- Konflik menandakan bahwa sebuah hubungan
bermasalah.
- Konflik menghancurkan hubungan interpersonal.
- Konflik adalah hal yang merusak karena itu
menunjukkan sisi buruk seseorang.
- Dalam sebuah konflik, harus ada yang menang dan
harus ada yang kalah.
Isu Konflik
Interpersonal
Isu intim, seperti kasih sayang dan seks.
Isu tentang kekuatan, seperti posesif, ketidaksamaan
dalam sebuah hubungan, teman, dan waktu luang.
Isu kekurangan personal, seperti cara mengemudi,
dan kebiasaan merokok atau mabuk-mabukan.
Isu “personal distance”, seperti komitmen
pekerjaan, dan sering absen.
Isu sosial, seperti politik dan sosial politik,
orangtua, dan nilai pribadi.
Isu ketidakpercayaan, seperti masa lalu dan
berbohong.
Prinsip Konflik
Interpersonal
Dengan
memahami prinsip konflik ini, dapat membantu kita memahami betapa penting dan
apa pengaruh dari konflik itu sendiri.
1. Konflik
tidak terelakkan
Konflik dapat
terjadi kepada siapapun karena setiap manusia adalah individu yang berbeda satu
sama lain dan itu merupakan hal yang wajar.
2. Konflik
memiliki efek positif dan negatif
Cara kita
menghadapi dan mengatasi konflik akan menentukan apakah konflik tersebut akan
memberikan kita efek yang negatif atau positif.
a. Efek negatif
Konflik sering menimbulkan perasaan negatif
Dapat menyakiti orang lain
Menghabiskan tenaga dan waktu
Dapat menjauhkan kita dari orang lain
Dapat membuat orang menyembunyikan perasaannya yang
sebenarnya
Dapat menyebabkan trauma
b. Efek positif
Konflik memaksa orang yang terlibat untuk memeriksa
masalahnya
Dengan strategi yang tepat, hubungan dapat bertambah erat,
sehat, dan lebih memuaskan dari sebelumnya
Dapat mencegah peperangan yang lebih besar
Keinginan kedua pihak yang sedang didera konflik dapat
terpenuhi
3. Konflik
dapat fokus ke isu tentang isi dan/atau hubungan
a. Content conflict
Berpusat pada objek, events, dan orang
Lebih ke hal-hal sepele yang sehari-hari dapat ditemui
b. Relationship conflict
Fokus terhadap individu dalam sebuah hubungan
Sering tersembunyi sebagai content conflict
Isunya berupa siapa yang memegang kendali, ketidaksamaan dalam
sebuah hubungan, atau siapa yang lebih berkuasa untuk menentukan sesuatu.
4. Style
konflik memiliki konsekuensi
Style konflik
adalah cara seseorang terlibat dalam sebuah konflik
Style konflik
terdiri dari:
- Competing
: I win, you lose
Fokus pada dirinya sendiri, cenderung agresif dalam
menyalahkan orang lain
Selama keinginannya terpenuhi, konflik dianggap sudah
teratasi dengan baik
- Avoiding:
I lose, you lose
Tidak terlalu peduli pada diri sendiri maupun orang lain
Selalu mengelak atau menghindar ketika disinggung tentang
konflik
Tidak terlalu memberi efek pada penyelesaian masalah
- Accomodating:
I lose, you win
Mengorbankan diri sendiri demi kepentingan orang lain
Tujuannya untuk menjaga keharmonisan dan perdamaian dalam
hubungan tersebut
- Collaborating:
I Win, you win
Fokus pada pemenuhan kebutuhan kedua belah pihak, kedua belah
pihak harus tercapai keinginannya
Membutuhkan waktu yang cukup lama karena butuh penyesuaian
dan pembicaraan lebih lanjut
- Compromising:
I win & lose, You win & lose
Berada di tengah-tengah, perhatian terhadap kebutuhan diri
sendiri tetapi juga kepada orang lain. Mencari jalan tengahnya.
5. Konflik
dipengaruhi oleh budaya
- Tiap budaya memiliki perbedaan pemahaman tentang
apa yang boleh dan tidak boleh sehingga suatu topic bisa membuat konflik karena
perbedaan pemahaman antar budaya.
- High-context cultures, konflik lebih berpusat
pada pelanggaran pada norma atau nilai kelompok
Low-context cultures, konflik lebih sering terjadi ketika
norma individual dilanggar
- Budaya mempengaruhi cara berpikir, perspektif,
dan cara hidup kita, sehingga tentu saja akan mempengaruhi strategi mengatasi
konflik apa yang akan dipilih
Stage Manajemen Konflik
a. Define
the Conflict
Define both Content and Relationship Issues
Define the Problem in Specific Terms
Focus on the Present: jangan membawa masa lalu
Empathize: mencoba mengerti masalah dari sudut pandang orang lain
Avoid Mindreading: bertanya agar semuanya lebih jelas
b. Examine Possible Solutions
Brainstorming sendiri atau bersama partner: cobalah untuk terbuka
Carilah win-win solution
Menghitung cost dan reward dari solusi yang
mungkin diambil
c.
Test Solutions
Tes solusi secara mental: apa rasanya sekarang, apa
rasanya nanti, dan apakah merasa nyaman
Tes solusi dalam praktek: kalau tidak berjalan baik,
coba solusi lain
d.
Evaluate Solutions
Solusi dianalisis
dari berbagai sudut pandang, yaitu segi fakta, respon emosional terhadap
masalah, segi argument negatif, keuntungan positif, cara baru melihat masalah,
dan analisis pada pemikiran diri sendiri.
e. Accept or Reject Solutions
Dipraktekkan
Jika tidak berhasil, cari solusi lain atau
mencari apa masalahnya
Belajar dari proses
Menjaga konflik tersebut dalam perspektif
Jauhkan perasaan negatif
Strategi Manajemen
Konflik
Strategi menangani
konflik dipengaruhi oleh:
- Goals: untuk jangka pendek, orang akan melakukan apa yang dapat dilakukan saat itu
tetapi untuk jangka panjang, orang akan memikirkannya dengan matang-matang
- Kondisi psikologis: perasaan akan mempengaruhi
strategi yang dipilih
- Cognitive assessment: perilaku dan kepercayaan
tentang apa yang adil dan seimbang akan mempengaruhi penilaian tentang
“fairness” dalam posisi orang lain
- Kepribadian dan kompetensi berkomunikasi
- Sejarah keluarga:
cara kita menangani konflik selama kita bertumbuh menjadi dewasa juga akan
mempengaruhi pemilihan strategi
Strateginya terdiri
dari:
a. Win-Lose,
Win-Win Strategies
Terdapat 4
tipe dasar:
A menang, B
kalah
A kalah, B
menang
A kalah, B
kalah
A menang, B
menang (win-win solution adalah yang paling ideal)
b. Avoidance
and Active Fighting Strategies
o Avoidance: menghindar sementara dari
konflik-konflik tertentu
o Nonnegotiation: menolak untuk memperhatikan
untuk menyelesaikan konflik atau tidak mendengarkan argumen orang yang yang
sedang konflik dengan kita
o Silencers: mendiamkan orang yang yang sedang
konflik dengan kita
o
Tetapi sebisa mungkin hindari ketiga strategi di
atas karena kurang membuahkan hasil
o Lebih baik untuk mengambil peran aktif baik
sebagai pembicara atau pendengar di dalam konflik tersebut, suarakan apa yang
kita rasakan dan mendengarkan apa yang partner kita rasakan
c. Force
and Talk Strategies
o Bicarakan apa yang menjadi isu daripada memaksa
orang untuk menerima posisi kita
o
Act the Role of Listener: pastikan kita mengerti
apa yang partner kita bicarakan dan rasakan
o
Ekspresikan dukungan dan simpati
o
Ungkapkan pikiran atau pendapat dan perasaan
d. Face-attacking
and Face-Enhancing Strategies
o Strategi Face-attacking adalah menyerang image
positif maupun negatif seseorang
Misalnya,
beltlining dan blame.
o Strategi Face-enchaning adalah dukungan dan
konfirmasi terhadap image positif atau negatif seseorang
e. Verbal
Aggressiveness and Argumentativeness Strategies
o Verbal aggressiveness adalah strategi untuk
memenangkan sebuah argumen yang menitikberatkan pada luka secara psikologi
dengan cara menyerang konsep diri atau karakter orang lainnya.
o
Argumentativeness adalah kemauan kita untuk
beragumen tentang sebuah hal, kecenderungan untuk mengungkapkan pendapat
tentang isu tertentu.
-end-
P.S This is my final task for my final exams :)